Rabu, 22 Desember 2010

mariyuana

"Terakhir saya pakai benar-benar bikin kapok deh! Tiba-tiba saya jadi paranoid dan seperti mengalami deja vu, seperti dari neraka saja. Pokoknya sakit banget!"
Itulah Henri, kita sebut saja namanya demikian, seorang remaja pemakai marijuana atau bahasa populernya ganja. Dia mulai memakai obat satu ini ketika penyakit kecemasan yang dia alami tidak kunjung berhenti juga. Bukannya bisa keluar dari masalah yang ada, justru sebaliknya dia makin merasa menderita. Mariyuana yang dipercaya bisa menenangkan pikiran itu malah membuat kecemasan Henri meningkat, disertai dengan munculnya derita baru macam paranoid dan perasaan mengambang. Sebelum mendapat derita berat seperti yang dialami Henri, ada baiknya kalau kita mengenal lebih jauh mengenai mariyuana, si penenang tapi menyakitkan ini.
Mariyuana dapat mempengaruhi otak kita. Ini dikarenakan bahan aktif yang terkandung dalam mariyuana, bernama medis THC, terbukti dapat merusak sel-sel saraf di otak yang berfungsi menyimpan daya ingat. Akibatnya pemakai bisa mengalami kesulitan dalam mengingat sesuatu. Bukan itu saja, THC juga dapat melakukan perusakan di bagian-bagian otak yang berfungsi dalam menyaring dan mengolah informasi. Bisa dipastikan pencandu mariyuana akan mengalami kesulitan dalam berkata dan berpikir.
Mariyuana dapat mempengaruhi daya kontrol diri kita. Karena mariyuana menyerang bagian-bagian di otak yang berfungsi untuk mengolah informasi, maka pada akhirnya kemampuan untuk berkonsentrasi dan kesadaran akan waktu juga ikut rusak. Bahkan bagi para pecandu usia muda, ada kemungkinan terserang keinginan untuk berperilaku agresif dan memberontak terhadap lingkungannya.
Mariyuana dapat mempengaruhi paru-paru kita. Ada lebih dari 400 bahan kimia berbahaya yang terkandung dalam mariyuana. Satu bahan kimia tersebut dapat menghasilkan efek negatif yang sama dengan efek yang dihasilkan dari bahan tar yang terdapat pada rokok filter. Bayangkanlah!
Mariyuana dapat mempengaruhi aspek kesehatan kita. Salah satu yang berbahaya adalah daya ketahanan tubuh kita dalam berperang melawan infeksi ikut kena imbas serangan mariyuana. Detak jantung kita akan meningkat, dan pada pecandu berat resiko mengalami gangguan mental sangat besar, diantaranya yang sudah sering terjadi adalah depresi. Sindrom apatis yang dihasilkan mariyuana tadi cenderung membangkitkan perasaan depresi, dan buruknya bisa menimbulkan keinginan untuk bunuh diri.
Mariyuana dapat membuat kita kecanduan. Gejala yang umumnya terjadi adalah hilangnya selera makan, gangguan tidur, turunnya berat badan dan pusing kepala. Secara psikologis juga pemakai dapat mengalami ketergantungan pada mariyuana, seperti adanya pikiran bahwa memakai mariyuana adalah satu-satunya jalan supaya dapat mengurangi stress, bersikap santai dan merasa baik.
Untungnya, efek-efek negatif tersebut, seperti penurunan IQ, bisa disembuhkan selama mau berhenti memakai mariyuana. Jalan yang terbaik adalah dengan tidak mengkonsumsinya sama sekali. Apabila kita sedang mengalami kekecewaan, kekosongan jiwa, depresi atau mungkin sekedar stress biasa jangan melarikan diri ke sembarang obat berbahaya. Bicarakanlah masalah atau tekanan yang ada dengan seseorang yang kita anggap bijak dan bisa dipercaya. Obat-obatan bukan saja membawa embel-embel buruk di kemudian hari buat perkembangan emosi dan mental kita, tapi juga justru akan memperburuk masalah yang ada, seperti yang dialami oleh Henri tadi. Dan kalau pun ada teman kita yang sudah menggunakan mariyuana, berikan kabar gembira kepada mereka bahwa masih ada kesempatan memperbaiki otaknya yang rusak jika saja mereka mau berhenti. Jangan lewatkan kesempatan baik tersebut karena para peneliti juga masih belum yakin sampai berapa lama kesempatan itu berlaku. Seandainya mereka benar-benar sayang dengan diri sendiri, tentu kesempatan emas tersebut tidak akan dibiarkan berlalu begitu saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar